Mengayuh Onthel Untuk Membangun Lokalitas Towilfiets


Sektor pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun saat ini sangat berkembang pesat, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio mengatakan, realisasi devisa dari sektor pariwisata mencapai di tahun 2019 mencapai Rp 280 triliun. Jumlah ini menyumbang 5,5% pada PDB nasional. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga memperkirakan, tahun 2019 terdapat sebanyak 16,3 juta kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah pendapatan dan pengunjung di sektor pariwasata Indonesia menunjukkan bahwa banyak peluang usaha yang dapat dimanfaatkan masyarakat Indonesia.

Terdapat salah satu usaha pariwisata yang unik yang berada di Dusun Bantar, Desa Banguncipto, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, D.I.Yogyakarta. Wisata yang ada di Dusun Bantar ini mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri dibandingkan dengan wisata lain yang ada di Yogyakarta. Konsep yang ditawarkan dalam wisata ini adalah wisata desa, yaitu berwisata di desa dengan melihat dan merasakan apa yang ada di desa itu sendiri tanpa dibuat-buat, sehingga berbeda dengan desa wisata yang memang desa diciptakan dengan sedemikian rupa untuk dijadikan tempat wisata. Uniknya di wisata ini, wisatawan akan diajak merasakan suasana pedesaan yang asli dengan berkeliling menggunakan sepeda onthel. Nama tempat wisata yang berbasis lokalitas tersebut adalah Towilfiets.


Pertama kali mendengar nama tersebut rasanya sudah cukup unik di benak wisatawan. Nama Towilfiets ini diciptakan oleh penemu dan penggas dari Towilfiets yaitu Mas Mantowil. Towilfiets diambil dalam bahasa Belanda, Fiets artinya sepeda atau onthel sedangankan Towil diambil dari nama sapaan penemunya. Dinamakan Towilfiest karena Mantowil dan wisatawan yang berkunjung diajak untuk mengkayuh sepeda onthel (fiest) berkeliling desa dengan menikmati pemandangan desa yang asri serta juga melihat berbagai macam kearifan lokal seperti bertani, menenun kain tradisional, pembuatan tempe dan masih banyak lagi kegiatan masyarakat desa yang menarik.

 Sumber Antara Foto/Sigid Kurniawan

Awal mulanya Mantowil adalah seorang karyawan di Ramayana Ballet Restaurant yang berada di daerah Candi Pramabanan. Selama bekerja di restorant tersebut, Towil bertemu dengan orang-orang baru dari turis lokal ataupun turis mancanegara. Dengan lingkaungan kerjanya tersebut, mengharuskan Towil untuk belajar berbahasa Inggris hingga mahir. Bisa bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara, Towil pun memanfaatkanya untuk mengasah kemampuan bahasa Inggrisnya dan sekaligus untuk memperbanyak relasi baik dengan tour guide, turis asing, dan orang-orang penting lainnya. Selain bekerja sebagai karyawan restoran, Towil juga bekerja di sektor perhotelan selama 5 tahun sebagai penjaga drugstore. Di pertohelan Towil semakin banyak bertemu dengan berbagai macam orang baik pengunjung hotel, turis, dan artis yang membuat semakin banyak relasi yang didapatkannya. Setelah itu, Towil melanjutkan karir di Furniture Handycraft selama 3 tahun.

 Sumber Antara Foto/Sigid Kurniawan

Awal terbentuk Towifiets adalah karena hobi Mantowil yang suka bersepeda menggunakan sepeda onthel. Towil juga gemar mengkoleksi sepeda onthel antik. Dari hobinya dan mendapat masukan dari teman travel agen di tempat bekerjanya dulu ia kemudian mendapat ide untuk menggabungkan hobinya bersepeda dengan memperkenalkan desanya yang masih asri kepada dunia. Dengan berbekal kemampuan bahasa Inggrisnya yang diasah selama bekerja dulu ia ingin mengajak turis-turis untuk berkeliling desanya menggunanakn sepeda onthel yang ia koleksi. Dalam usaha ini Towil menargetkan wisatawan mancanegara, tetapi juga tidak menutup kepada wisatawan lokal untuk berkunjung. Dengan harga Rp 300.000,00 wisatawan dapat dengan puas berkeliling desa sambil mendengarkan Towil menjelaskan apa saja yang ada di desa rumah yang ia tinggal. Towil juga tidak segan-segan untuk mengajak wisatawan masuk ke rumah warga untuk memperlihtkan apa kegiatan masyarakat di desa itu dan wisatawan dapat mencobanya. Uniknya warga setempat tidak pernah memathok harga ketika berkunjung di rumahnya, warga hanya terserah wisatawan mau bayar berapa. Wisatawan asing juga akan diajarkan sapaan sehari-hari khas Jawa seperti "Monggo”. Towil juga mengajak pemuda setempat untuk menjadi tour guide agar para pemuda juga bisa menghasilkan dan melatih skillnya. Dengan Towil merangkul seluruh masyarakat di Desanya akan menjalankan roda perekonomian dalam bidang pariwisata.

 Sumber Antara Foto/Sigid Kurniawan

Jika dihubungkan dengan Teori Kekuasaan yang dikemukakan oleh Michel Foucault apa yang dilakukan oleh Mantowil sangat berkorelasi. Menurut Michel Foucault kekuasaan adalah model strategis canggih dalam masyarakat tertentu, yang dibentuk dari kekuasaan-kekuasaan mikro yang terpisah-pisah. Kekuasaan berkaitan dengan strategi dan bukanlah menjadi milik orang-orang tertentu melalui kesepakatan tertentu. Kekuasaan adalah daya yang ada dalam diri setiap orang. Kekuasaan juga tidak bersifat berasal dari adanya kekuasaan terpusat yakni negara. Kekuasaan tidak dipahami sebagai pemberian dari negara. Kekuasaan itu ada pada tiap orang karena itu kekuasaan itu lebih berkaitan dengan bagaimana strategi untuk berkuasa. Mantowil sebagai pencetus Towilfiets tidak berperan sebagai kepala yang semua terpusat pada dirinya. Towil berhasil "menjual" wajah desnya tanpa mengambil atau merugikan secuilpun, ia hanya menjadi jembatan antara masyarakat dan wisatawan untuk berinteraksi. Menurut Foucault kekuasaan bukanlah milik tapi strategi dan kekuasaan ada di seitap orang, dari hal tersebut masyarakat tetap mendapat kekuasaanya masing-masing untk mengatur strateginyan karena tiap orang pasti mempunyai perbedaan dan menjadikannya sebagai strategi yang dapat diterapkan dalam hidup bersama.

Berjalannya Towilfiets juga karena adanya konsumerisme pada wisatawan. Seperti yang disampaikan Budrillard, konsumsilah yang menjadi inti dari ekonomi bukan lagi produksi. Maksudnya adalah  masyarakatlah yang menjadikan atau menciptakan nilai-nilai melalui produk yang dikonsumsinya, sehingga menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas kehidupan untuk masyarakat di Towilfiets. Apalagi ditamabah dengan promosi untuk membangun Towilfiets melalui media-media yang ada. Seperti teori Baudrillard mengenai konsep hyperealitas. Hyperealtias menurut Baudrillard adalah media memiliki kekuatan yang lebih dari biasanya dan membentuk citra-citra sehingga membuatnya tampak lebih hidup dari pada aslinya yang menghapuskan perbedaan antara yang nyata dengan imajinasi. Dengan membangun citra-citra dengan sedmikia rupa pada Towilfielts akan mebangun persepsi pada wisatawan untuk berkunjung ke Towilfiets serta memanfaatkan media tersebut untuk menambah relasi baik stakholder maupun dari wisatawan itu sendiri.

Daftar Pustaka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Riset Media Buying : Desa Wisata Nglaanggeran

Mengenal Komunikasi Profetik

Profil Konsumen Menengah