Teori Baudrillard : Menghinotis dengan Iklan





Selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam Gaes. Semoga teman-teman sehat selalu karena saat pandemi virus corona lagi tinggi-tingginya nih. Semoga kegiatan kalian hari ini berjalan dengan lancar, tetap  waspada dengan virus Corona dan selalu jaga protokol kesehatan. Sebelumnya izinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu nama saya Mahardika Setya Wibawa, biasanya sih sering dipanggil Dika atau Mahar kalau di kampus. Saya sekarang berada di semester 4 Prodi Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Kalijaga.

Jadi beberapa hari yang lalu salah satu dosen di prodi saya, yaitu Pak Rama beliau merupakan dosen mata kuliah Kajian Sosial Iklan, memberikan kami tugas untuk menceritakan pengalaman mahasiswa-mahasiswi ketika menjadi korban iklan. Sebelum menyampaikan tugas ini, Pak Rama sempat menyampaikan materi melalui rekaman audio mengenai Teori Baudrillard, sehingga juga saya akan menyampaikan sedikit saja mengenai Teori ini dan mencoba untuk menghubungkan Teori ini ke pengalaman saya ketika menjadi korban iklan.

Dalam Teori Baudrillard dijelaskan iklan menggunakan tanda untuk memanipulasi konsumennya.  Tanda yang digunakan untuk memanipulasi konsumen itu biasanya bisa berupa gambar, video, tulisan, audio, dan masih banyak lainnya. Orang-orang atau konsumen konsumen yang termanipulasi oleh iklan ini biasanya disebut dengan hiperrealistas. Pada teori ini ingin menyampaikan bahwa saat ini ini orang membeli suatu produk itu bukan karena kebutuhannya tetapi juga bisa dibangun oleh suatu iklan. Nah, ternyata iklan itu juga dapat membangun sebuah hasrat seseorang untuk membeli suatu produk padahal orang tersebut sepertinya tidak butuh itu. Inilah pintarnya iklan dalam memanipulasi seseorang untuk membeli produk.

Selain dengan menggunakan gambar, video, audio dan tulisan untuk memunculkan hasrat seseorang untuk membeli, ternyata hasrat ingin membeli bisa juga muncul karena produk ini diinginkan oleh orang lain. Sebagai contoh, ada sebuah kakak dan adik dalam suatu rumah. Kakak dan adik ini sama-sama ingin mempunyai handphone yang baru, adiknya ingin membeli handphone dengan merek Samsung sedangkan kakaknya ingin membeli handphone dengan merek iPhone. Kemudian kakaknya membeli handphone duluan daripada adiknya, adiknya kemudian melihat kakaknyanya menggunakan iPhone tersebut. Nah ternyata adiknya malah ingin membeli handphone yang mereknya sama dengan kakaknya setelah melihat kecanggihan yang dimiliki oleh handphone kakaknya. Pada akhirnya adik tersebut membeli handphone yang sama dengan kayaknya yaitu iPhone dan tidak jadi membeli handphone merek Samsung.

Kemudian kembali lagi ke pembahasan awal tentang pengalaman saya yang pernah oleh iklan, sebenarnya bukan di tipu sih melainkan di manipulasi agar untuk membeli produk oleh produsen tersebut. Untuk pengalaman yang pertama ketika saya saya masih berumur kurang lebih 5 sampai 6 tahun, waktu itu kalau tidak salah saya masih TK. Pada umur segitu saya sangat suka dan sering makan mie instan, makanya saat kecil saya sangat gemuk. Saat itu merek mie instan yang paling terkenal adalah Indomie dan Sarimie. Nah dalam bungkus kemasan Indomie, itu terdapat gambar penyajian mie yang sangat menggoda selera, di situ ditampilkan ada mie goreng dengan telur beserta sayur-sayurannya. Karena saat itu saya masih kecil dan masih polos saya kira di dalam bungkus Indomie tersebut ada telur dan sayur-sayurannya. Namun bodohnya saya walaupun berkali-kali beli Indomie itu tetapi saya masih berharap kalau di dalam bungkusnya ada telur dan sayur-sayurannya.

Masih berkaitan dengan mie instan, kali ini saya akan membahas mie instan dengan merek Sarimie. Dalam salah satu produk Sarimie terdapat produk yang isinya ada 2 mie dalam satu bungkus, yaitu Sarimi Isi 2. Saya masih ingat pada saat itu iklan Sarimi isi 2 diperankan oleh Sule. Ketika pertama kali melihat iklan tersebut saya berpikir kalau Sarimi isi 2 ini akan sangat mengenyangkan karena ada 2 mie yang ada di dalam bungkusnya. Ternyata eh ternyata, ketika saya membeli Sarimie isi 2 ini isinya tidak sesuai apa yang saya ekspektasikan. Memang benar isi dari seni tersebut ada 2 namun ukuran dan ketebalannya itu dikurangi sehingga terlihat tidak benar-benar berisi dua kayak yang diiklankan.

Pengalaman selanjutnya adalah ketika saya pergi ke restoran fast food yang disalah satu mall di Yogyakarta yaitu di Ambarukmo plaza. Jadi sebelum saya pergi ke mall tersebut saya melihat promo di salah akun Instagram yang menampilkan berbagai macam diskon dari berbagai produk makanan ,minuman, dan lain-lain. Diantara berbagai macam diskon produk minuman dan makanan terdapat salah satu produk yang memberikan diskon yang cukup worth it buat saya, apalagi saya sebagai anak kos sangat senang jika ada promo, lumayan untuk menghemat uang makan. Nah produk yang sedang diskon saat itu adalah produk fast food dari Burger King. Mungkin teman-teman juga pernah mengalami apa yang saya rasakan, saya yakin itu karena banyak juga temen-temen saya yang pernah kena juga, tapi enggak apa-apa saya bakal ceritain lagi bagaimana saya bisa dimanipulasi oleh iklan tersebut. Lanjut, jadi setelah melihat promo dari akun Instagram tadi saya akhirnya mengajak salah satu teman kelas saya untuk menuju ke Burger King, teman saya kemudian langsung mengiyakan ajakan saya, ya maklum karena sama-sama anak kos. Singkat cerita saat kita sudah sampai di Burger King di sana kita langsung memesan apa yang ada di promo. Ada dalam promo tersebut dengan 50.000 kita sudah dapat 1 nasi, 1 ayam paha bawah, 1 burger, 1 kentang dan 1 coca-cola. Namun ada salah satu menu yang itu tidak sesuai dengan gambar, di dalam gambar tersebut burgernya lumayan besar dan isiannya lengkap dan banyak. Namun ketika dihidangkan, ternyata burger yang dihidangkan tersebut kebalikannya dengan apa yang ada di gambar, dalam menu aslinya sebut berbentuk kecil dan usianya sedikit. Setelah melihat tersebut kita sedikit kecewa dan akhirnya kita jika ada promo lagi kita tidak mau datang ke sana.

Selain itu saya juga menemukan iklan lain yang juga sedikit memanipulasi. Ketika saya membeli barang kebutuhan mandi di salah satu minimarket ternama di Indonesia, sebut saja Indomei. ketika membuka pintu minimarket tersebut didekatkan sisir terdapat promo suatu jajanan snack, disitu menampilkan bahwa snack disebut isinya bertambah 10% dari biasanya. Kemudian saya tertarik dong dengan promo gitu, lalu setelah saya mengambil keputusan mandi saya saya kemudian menuju area jajanan dan mengambil produk tersebut. ketika membayar di kasir memang harga snack tersebut sedikit lebih mahal, hanya sedikit, dan bungkusnya pun terlihat lebih besar. Ketika sampai rumah lalu saya mencoba untuk melihat bungkus dari produk tersebut, saya putar-putar kemudian saya bolak-balik dan terakhir saya mencoba untuk mengkocok-kocokomya. Saya sedikit ada yang janggal dengan snack ini, karena saya tidak ada bedanya dari produk yang sebelumnya belum ditambah menjadi 10%. Dan benar saja ketika saya buka bungkusnya isi dari benda tersebut sama saja masalah yang bertambah itu hanya karena udara yang ada di dalam bungkus makanan tersebut. Ya menurut saya ini sangat merugikan konsumennya ya, karena konsumen sudah membeli produk tersebut kemudian oleh produsennya hanya jubah bungkus makanya menjadi lebih besar. setelah melihat snack tersebut kemudian saya tidak membeli istilah tersebut lagi dan membeli snack dari produk lainnya.

Selanjutnya ada lagi iklan yang pernah buat saya merasa tertipu. Sama saat di Burger King sebelumnya jadi awalnya nya saya melihat promo tersebut dari akun Instagram jam yang menampilkan berbagai promo dari produk-produk makanan dan minuman. Nah kemudian ada promo menarik dari salah satu restoran fast food yaitu pizza hut. Dalam promo tersebut pizza hut memberikan promo beli satu gratis satu apapun produk variannya. Saya juga mengajak teman saya yang sebelumnya saya ajak ke Burger King. Singkat cerita saja ketika sampai di pizza hut kita kemudian memesan salah satu varian pizza yang ukurannya medium dengan kisaran harga 50.000 hingga 60.000. Awalnya kita berpikir apa apa usaha tidak rugi ya dengan memberikan promo beli 1 gratis 1. Namun setelah pesanan kita datang pikiran kita kemudian berubah seketika. Memang benar yang diberikan promo oleh pizza hut itu beli satu gratis satu, namun ternyata pizza yang gak tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Pizza tersebut ternyata kecil dan topinya pun sedikit dan itu tidak seperti pizza pada umumnya. tapi tidak apa-apa kita kemudian memaklumi karena memang di dalam rumah tersebut Tidak diberitahu pizza apa yang bakal di sajikan.

Ya itulah beberapa pengalaman saya menjadi korban iklan selama dalam hidup saya. Mungkin masih banyak lagi yang bisa saya sampaikan namun saya tidak bisa ingat semuanya. Jadi ternyata benar teori yang disampaikan oleh Pak Rama mengenai Teori Baudrillard. Iklan itu ternyata bisa mempengaruhi ideologi kita dengan taktik dan strategi yang dibuat oleh iklan, yang membuat kita terpengaruh dan termanipulasi untuk membeli sebuah produk yang diiklankan.

Mungkin itu saja sedikit pengalaman yang pernah saya rasakan ketika menjadi korban iklan. Semoga dengan tulisan ini teman-teman semua bisa lebih bijak lagi dalam membeli suatu produk apapun itu. Jadilah konsumen yang cerdas dan jadilah konsumen yang yang waras. Terima kasih dan stay healthy.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Riset Media Buying : Desa Wisata Nglaanggeran

Mengenal Komunikasi Profetik

Profil Konsumen Menengah